Aku melirik kearah layar handphone ku, berharap ada sedikit keberanian untuk menghubungimu kembali. Namun aku kembali tersadar dan menggelengkan kepala, “Hmm nooo.” Gumamku. Rasanya sangat salah apabila menghubungimu saat ini.

Sudah seminggu sejak pertemuan kita yang terakhir, bahkan rindu sudah menghantui sejak kamu beranjak dari kursimu. Malam ini sunday night after a rainy day, I delete all your pictures dengan berat hati. Rasanya sangat menyesakan dada. Aku menghapus semua fotomu satu persatu sembari mengingat kembali semua kenangan yang telah kita jalani.
“…and I walked away from you.” Kataku melanjutkan menghapus fotomu dari laptopku.

Nights are the hardest but I’ll be okay, meskipun aku harus berusaha dengan keras untuk tidak memikirkanmu sebelum tidur dan belum bisa berhenti untuk melakukan kebiasaan kita yang dahulu, tapi aku berusaha untuk baik-baik saja.  Aku selalu percaya bahwa if we are meant to be we’ll find our way bagaimanapun caranya.
But now let it be, biarkan saja untuk saat ini. Meski berat untuk berjarak. Meski berat untuk tidak bersama. Meski sulit untuk menghilangkan kebiasaan. Meski sulit menahan rindu.

Beberapa kali aku mencoba untuk melupakanmu, namun semakin aku berusaha lupa maka aku semakin ingat. Terkadang aku juga masih mencemaskanmu, ingin tau kabarmu, ingin tau apa yang sudah kau lakukan, aku ingin tau semua ceritamu. Lagi-lagi aku harus sadar diri cause you know what they say, if you love somebody gotta set them free. Seperti maumu untuk bebas dariku, maka seharusnya aku mengamini kebebasanmu.

Aku berkali-kali menghela nafas dengan berat. Sesak rasanya. Semua kalimat yang keluar dari mulutmu saat itu selalu terngiang saat aku sedang melamun.
Little did I know love is easy  but why was it so hard?” Katamu. Seakan-akan hubungan yang sudah kita jalani selalu menyiksamu.

Kembali teringat saat kau selalu memintaku untuk berubah tapi tidak memberikanku kesempatan untuk membuktikannya. Kau selalu berkata kabar dariku kurang, menuntut untuk melakukan semua apa yang kamu pinta.  It was like never enough! I gave you all, still you want more?

Bagaimana rasanya semua perjuangan terasa sia-sia dan tidak ada harganya? Hampir semua yang kau pinta aku usahakan. Bahkan aku hampir kehilangan diri sendiri demi menuruti egomu. So I am letting you go now.

Can’t you see? That you want someone that I’m not.” Balasku. “Yes I love but I can’t.

Meski sudah tidak lagi bersama, aku berharap untuk kebahagiaanmu. Pesanku untukmu saat ini, one day when you finally found what you want and you’re ready to open your heart to anyone dont push people away again. It easier, I know, but it’s also very lonely.

Sejujurnya bukan hanya kamu yang merasa sesak di dada, aku juga merasakan hal yang sama. Ketika hubungan terasa menyiksa, meninggalkan bekas luka, semua rasa manis menjadi hambar, sama seperti langit biru yang berubah menjadi kelabu. Warna warni indahmu yang menghiasi hari berubah menjadi abu-abu. Semua terasa semu.

I love you but I’m letting go.
Aku menyakinkan diriku untuk bisa merdeka darimu yang telah memilih untuk meninggalkanku. “I love you and I’m letting go.” Ucapku lirih.

Aku mengambil ponselku, membuka kembali pesan-pesan darimu dan menghapus semuanya dalam satu sentuhan tanpa membacanya kembali. It is the only way, you know?

Terima kasih karena hadir dalam hidupku dan membuat kisah meski hanya sebentar. Terima kasih karena mengajarkanku bagaimana caranya membalas perasaan. Terima kasih sudah memberitahu kalau satu-satunya orang yang bisa aku andalkan adalah diri sendiri and from now on I will hold my own hand.

Aku berharap untuk kebahagiaanmu dimanapun kamu berada. Semoga suatu hari nanti kita masih bisa bertemu until one day you’ll hold my lonely hand.

Surakarta, 30 Mei 2020.
Inspired by I Love You But I’m Letting Go – Pamungkas.

4 pemikiran pada “A Story: I Love You but I’m Letting Go – Pamungkas

  1. “Hampir semua yang kau pinta aku usahakan. Bahkan aku hampir kehilangan diri sendiri demi menuruti egomu” Woow
    Orang yang menyadari hal ini dan mau melepaskan itu keren. Melepaskan yang bukan tentang balas dendam atau kompetisi siapa yang lebih bahagia dari siapa. Sebenarnya lucu juga sih kita merasa sakit tapi harus berterimakasih. Tapi gimana lagi cuma itu cara yang paling tepat untuk menjaga diri sendiri.
    Nice post btw 🙂

    Disukai oleh 1 orang

    1. Bener banget kak, berterimakasih disini konteksnya karna dia udah ngasih pelajaran berharga. Biar kedepannya kita jangan terlalu nurutin ego dan kemauan oranglain aja:’) dan ngga mikir serta mengesampingkan perasaan diri sendiri

      Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar